Puisi

Rabu, 25 Juni 2014

Pengorbanan Menanti Satu Buah Manis

Oleh: Quin Adila



Seandainya Anda tahu

Bahwa setiap detik waktu

Bahwa setiap keadaan

Bahwa setiap titik jenuh sebuah kepuasan

Bahwa setiap bulir pengorbanan



Ada sepasang bola mata yang tak lelah memandang Anda

Ada sepasang daun telinga yang selalu mendengarkan Anda

Ada sebuah bibir yang selalu mengoceh kepada Anda

Ada sepasang kaki yang selalu mendekati Anda

Ada sebuah rangkulan hangat yang selalu ingin memeluk Anda



Tahukah Anda

Bahwa ada seorang

Ya. Ada orang di luar sana

Ada sepasang suami istri

Yang mulai tumbuh rambut putihnya

Menanti Anda



Anda seorang yang hebat

Yang dinanti sebuah kepastiannya

Yang dinanti kelayakannya

Yang dinanti sebuah kekuatannya

Yang dibanggakan kehebatannya

Yang dinanti secercah cahayanya

Menelusup ke labuh rongga terdalam



Namun kini,

Ada sebuah ajang

Telah membuat Anda jatuh terjerembab

Dalam jurang dusta yang tak berujung






Bandung, 11 Juni 2014

ROMANTIKA KELAS 12 BULAN

Oleh: Quin Adila

 
Hai, kawan…
Ingatkah dirimu
Bagaimana pertemuan
Antara kau dan aku berawal?
Aku menjawab, “pertemuan apa?”
Bagaimana perkenalan
Antara kau dan aku dimulai?
Aku menjawab, “perkenalan apa?”

Dan kini..
Ia mulai menjawab
Seluruh tanya yang aku lontarkan
Tali pertemanan antara kita, kawan,
Ia menjawab


Aku tersentak kaget
Sejenak…
Gerak-gerikku terenyak
Bibirku membisu
Tubuhku terpaku

Bola mataku terpaku
Memandang wajahmu, kawan
Air mata mulai berlinang
Di pelupuk mataku

Seluruh asa bercampur jadi satu
Dalam pelipur lara

Sepuluh bulan silam…
Pertemuan antara kau dan aku
Berawal di ruangan ini

Gerak-gerik malu
Senyum segan tersungging

Aku mulai sadar
Bahwa t’lah tiba saatnya
Perpisahan kan tutup pertemuan kita

Tapi, aku harap…
Ini adalah awal dari segalanya
Awal dari buah kesuksesan kita

Mentari pagi
Muncul dari cakrawala
Menyinari wajah-wajah baru
Mimik-mimik ceria



Membakar api semangat kita semua
Membahana di seluruh alam

Terima kasih, kawan.



(Bandung, 1 Juni 2014)


Puisi ini dipersembahkan untuk:

Kelas X IPA 4 (Pasupati #32016)
Terima kasih atas semua romantika yang telah dijalani bersama
Walaupun memang tidak genap 12 bulan

Harapan Reformasi Negeri Melati

Oleh: Quin Adila


Pagi ini…

Di balik bulir embun

Ku pandang kembang melatiku

Mulai dari akar

Hingga pesona wajah dan aroma

Yang menggugah batinku



Pagi ini pula…

Negeriku ingin reformasi!



Ragam departemen,

Sibuk mengintai rupiah,

Kok malah menghabiskan dollar!

Sedang rakyat pinggiran,

Sibuk demonstrasi dengan birokrasi pemerintah.

Anggota pemberantas,

Kok malah jadi korban pemberantasan?

Bibit bangsa,

Kadang malah sibuk jadi agen penggalau!



Ah, sini! Kemari!

Lihat! Ada yang mempesona

Lihat gerakan yang memukau itu!

Dengar alunan merdu senandung itu!

Hei, perhatikan Orang Sunda berbaju hitam!

Lihat bambu runcing itu!

Dengar komando barisan!

Dengar! Lihat! Hayati!

Itulah ornamen rakyatku!



Tapi, apa rakyat kakap dalam melati

Mencintai ornamen bak garam itu?

Ornamen yang bersahaja

Tapi fungsional dan bermakna

Atau…

Rakyat kakap dalam melati

Harus diajarkan rakyat kakap luar melati?



Lihatlah fajar

Yang bersinar di garis khatulistiwa

Rasakan angin

Yang berbisik beramanat akan masa kini

Lihatlah taburan bintang nan indah

Membentuk rasi

Yang seakan membentuk angan-angan

Dan berkata,

Inilah waktu reformasi negeri melati!



Bandung, 5 Mei 2012

Juara ke-2 FLS2N Kota Bandung 2012